Senin, 09 September 2013

SENI UKIR JEPARA



SENI UKIR JEPARA

Ukiran adalah kerajinan utama dari kota Jepara.Yang dimaksud disini adalah ukiran yang berasal dari kayu yang bisa berasal dari kayu jati,mahoni,sengon dan lain-lain. Di kota Jepara hampir di seluruh kecamatan mempunyai mebel dan ukir kayu sesuai dengan keahliannya sendiri-sendiri. Hasil dari kerajinan ukir jepara bisa bermacam-macam bentuk mulai dari motif patung,motif daun,relief dan lain-lain.

Ukiran dari kayu di jepara ini untuk produksinya ada tempat-tempat yang lekat dengan para ahli pahat ukir jepara sebagai centre of production yaitu di Desa Mulyoharjo untuk pusat kerjinan ukir dan patung Jepara.Sedangkan untuk Kerjinan ukir berbentuk Relief terletak di desa Senenan dekat Rumah sakit Kartini Senenan.Menurut sejarah mengapa masyarakat Jepara mempunyai keahlian di pahat ukir kayu adalah konon pada jaman dulu kala ada seorang seniman hebat yang bernama Ki Sungging Adi Luwih.Dia tinggal di kerajaan.Kepiawaian Ki Sungging ini terkenal dan sang raja pun akhirnya mengetahuinya.Singkat cerita raja bermaksud memesan gambar untuk permaisurinya kepada Ki Sungging.Ki Sungging bisa menyelaikan gambarnya dengan baik namun pada saat Ki Sungging hendak menambahkan cat hitam pada rambutnya,ada cat yang tercecer di gambar permaisuri tersebut bagian paha sehingga nampak seperti tahilalat.Kemudian diserahkan kepada raja dan raja sangat kagum dengan hasil karyanya.Namun takdir berkata lain sang raja curiga kepada Ki Sungging bahwa mungkin Ki Sungging pernah melihat permaisuri telanjang karena melihat gambar tahilalat pada pahanya.Akhirnya raja menghukum Ki sungging dengan membawa alat pahat disuruh membuat patung permaisuri di udara dengan naik layang-layang.

Ukiran patung permaisuri sudah setengah selesai tapi sialnya datang angin kencang dan patung jatuh dan terbawa sampai Bali. Itulah sebabnya mengapa masyarakat Bali juga terkenal sebagai ahli membuat patung. Dan untuk alat pahat yang dipakai oleh ki Sungging jatuh di belakang gunung dan ditempat jatuhnya pahat inilah yang sekarang diakui sebagai Jepara tempat berkembangnya ukiran .

LEGENDA

Dikisahkan seorang ahli seni pahat dan lukis bernama Prabangkara yang hidup pada masa Prabu Brawijaya dari Kerajaan Majapahit, pada suatu ketika sang raja menyuruh Prabangkara untuk membuat lukisan permaisuri raja sebagai ungkapan rasa cinta beliau pada permaisurinya yang sangat cantik dan mempesona.

Lukisan permaisuri yang tanpa busana itu dapat diselesaikan oleh Prabangkara dengan sempurna dan tentu saja hal ini membuat Raja Brawijaya menjadi curiga karena pada bagian tubuh tertentu dan rahasia terdapat tanda alami/khusus yang terdapat pula pada lukisan serta tempatnya/posisi dan bentuknya persis. Dengan suatu tipu muslihat, Prabangkara dengan segala peralatannya dibuang dengan cara diikat pada sebuah laying-layang yang setelah sampai di angkasa diputus talinya.
Dalam keadaan melayang-layang inilah pahat Prabangkara jatuh di suatu desa yang dikenal dengan nama Belakang Gunung di dekat kota Jepara.
Di desa kecil sebelah utara kota Jepara tersebut sampai sekarang memang banyak terdapat pengrajin ukir yang berkualitas tinggi. Namun asal mula adanya ukiran disini apakah memang betul disebabkan karena jatuhnya pahat Prabangkara, belum ada data sejarah yang mendukungnya.

SEJARAH

1.      Pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat, terdapat seorang patih bernama Sungging Badarduwung yang berasal dari Campa (Kamboja) ternyata seorang ahli memahat pula. Sampai kini hasil karya Patih tersebut masih bisa dilihat di komplek Masjid Kuno dan Makam Ratu Kalinyamat yang dibangun pada abad XVI.
2.      Keruntuhan Kerajaan Majapahit telah menyebabkan tersebarnya para ahli dan seniman hindu ke berbagai wilayah paruh pertama abad XVI. Di dalam pengembangannya, seniman-seniman tersebut tetap mengembangkan keahliannya dengan menyesuaikan identitas di daerah baru tersebut sehingga timbulah macam-macam motif kedaerahan seperti : Motif Majapahit, Bali, Mataram, Pajajaran, dan Jepara yang berkembang di Jepara hingga kini.

BENTUK DAN MOTIF UKIRAN JEPARA
Ukiran Jepara mempunyai ciri khas yang menunjukkan bahwa ukiran itu asli dari Jepara atau tidak.Salah satu ciri khas yang terkandung didalamnya adalah bentuk corak dan motif.Untuk motif sendiri bisa kita lihat dari : Daun Trubusan yang terdiri dari dua macam yaitu dilihat dari yang keluar daritangkai relung dan yang keluar dari cabang atau ruasnya.

Ukiran asli Jepara juga terlihat dari motif Jumbai atau ujung relung dimana daunnya seperti kipas yang sedang terbuka yang pada ujung daun tersebut meruncing.Dan juga ada buah tiga atau empat biji keluar dari pangkal daun.Selain itu,tangkai relungnya memutar dengan gaya memenjang dan menjalar membentuk cabang-cabang kecil yang mengisi ruang atau memperindah.
Ciri-ciri Khas diatas sudah cukup mewakili sebagai identitas ukiran Jepara.Bentuk motif ukiran tersebut ada juga yang oleh para ahli pahat disisipkan di berbagai alat rumah tangga seperti contoh di kursi atau meja yang diberikan ukiran khas Jepara,juga yang lain misal figura foto yang diberi khas Jepara dengan ukiran.

POTENSI DAN HAMBATAN INDUSTRI MEUBEL UKIRAN JEPARA

Jawa Tengah memiliki sentra-sentra industri yang keunikannya sulit ditiru. Ini merupakan potensi sangat besar untuk terus dikembangkan, sehingga kontribusinya terhadap perekonomian daerah ini bisa makin signifikan. Denyut ekonomi Jawa Tengah sangat kental diwarnai tumbuhnya sentra-sentra industri di sejumlah kota/kabupaten di wilayah ini. Yang menarik, setiap sentra industri punya keunikan yang tak gampang ditiru oleh daerah lain, bahkan negara lain. Tentu saja, ini merupakan potensi ekonomi yang harus didorong terus pertumbuhannya agar dari waktu ke waktu mampu memberikan kontribusi yang makin signifikan terhadap perekonomian daerah dan nasional.
Siapa yang tak kenal ukiran kayu Jepara, yang sudah mampu menembus pasar ekspor di pelbagai negara? Kota Jepara, yang berada di bagian utara Jawa Tengah, memang terkenal dengan sentra industri mebel (kayu) ukiran. Total nilai bisnis industri mebel di kota ini tahun 2006 tercatat Rp 1,3 triliun. Jumlah perusahaan yang terlibat di industri ini mencapai 518 perusahaan, sementara jumlah tenaga kerjanya 27.271 orang. Dan, sekitar 60% produk meubel Jepara dijual ke pasar mancanegara dan sisanya ke pasar dalam negeri.
Pemerintah daerah Jepara akan terus memperbaiki sejumlah fasilitas yang ada untuk mendorong perkembangan sentra industri mebel ukir di kota ini. Caranya, memperkuat fasilitas umum, seperti Jepara Trade Center. Pusat perdagangan yang diluncurkan pada 2007 ini terdiri atas pusat promosi (yang juga berfungsi sebagai balai lelang), pusat informasi, pusat desain, serta advokasi atas hak dan kekayaan intelektual.
Hambatan:
Sentra-sentra industri mebel dan kerajinan di Jawa Tengah terutama berkembang pesat di Semarang, Jepara, Solo dan Yogyakarta. Industri permebelan dan kerajinan ini didominasi oleh Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dengan sistem home industry yang bekerjasama dengan industri-industri besar (Road Map Revitalisasi Industri Kehutanan Indonesia, 2007).
Menurut Road Map Revitalisasi Industri Kehutanan Indonesia (2007), permasalahan yang dihadapi industri permeubelan dan kerajinan sebagai berikut:
- kurangnya bahan baku
- negative brand image akibat pembalakan liar
- rendahnya kualitas produk Indonesia dibanding produk dari negara lainnya.
- lebih mahalnya harga produk Indonesia dibanding pesaing.
- lebih disukainya produk-produk bersertifikat.
Kondisi persaingan
-  Persaingan di pasar ekspor berasal baik dari produsen lokal maupun produsen luar negeri relatif ketat, antara lain :
-  Pesaing usaha sejenis yang berasal dari lokal dan sekitarnya.
- Pesaing usaha sejenis yang berasal dari luar negeri saat ini masih cukup banyak yaitu antara lain dari negara Cina, Vietnam, Kamboja, Malaysia dan Myanmar, dimana mereka cukup gencar menyerbu pasar Eropa dengan keunggulan kualitas yang tinggi dan harga yang lebih murah karena bahan kayu jati yang melimpah di negara masing-masing, namun dari negara-negara tersebut sebagian besar perusahaan besar yang tidak mau mengekspor dalam partai kecil (satu-dua kontainer dengan barang yang tidak sejenis).
- banyaknya pengrajin yang beralih profesi menyebabkan menurunnya jumlah produksi
PELUANG USAHA UKIRAN
Ukiran Jepara terkenal mulai dari dalam kota,dalam negeri sampai di liaur negeri juga.Hal ini tentu memberi kemudahan untuk pengenalan produk dan ada keuntungan titik awal karena sudah mulai dikenal oleh kalangan luas.Kalu di dalam kota sendiri pusat penjualan terletak di desa Ngabul,Tahunan sedangkan untuk di luar negeri dengan adanya ASEAN CHINA FREE TRADE AREA ( ACFTA ) bisa menjadi peluang perdagangan strategis ukiran Jepara.
Ukiran Jepara bisa lebih banyak dikenal di mata dunia dan kita juga bisa mengembangkan usaha ukiran melalui peluang diatas.Tapi perlu diingat juga bahwa bisa juga menjadi tantangan untuk kita karena ada berlakunya kemitraaan dagang strategis melalui TRADE RELATED INTELLECTUAL PROPERTY RIGHTS ( TRIPP ) karena dengan adanya pasar bebas dan hukum dagang international,teknologi tradisional karaya Jepara seperti ukiran perlu dilindungi hak patennya.

Hak paten sangat diperlukan untuk membantu proses perdagangan ukiran Jepara.Jika kita sudah memiliki hak paten tersebut padahal disisi lain ukiran di jepara sudah dikenal oleh kalangan luas,maka proses penentuan harga dan pemasarannya pun akan mudah.Dan dari waktu ke waktu para pemesan atau pembeli akan tahu bahwasanya kalu pedagang dari Jepara sudah pasti membawa khas produknya yaitu ukiran.
Strategi usaha
Strategi usaha yang perlu dilakukan oleh industri meubel adalah:
-  Menciptakan produk yang responsif terhadap permintaan pasar, khususnya pengembangan produk yang unik dan berdesain etnik.
-  Membangun dan menggunakan sumber-sumber pasokan bahan baku alternatif.
-  Investasi dan perbaikan teknologi.

1 komentar: